Pendekar Binal bagian 14

Tidak, aku tidak berubah, benciku kepada mereka pun merasuk tulang, bahkan ... bahkan jauh lebih mendalam daripada dirimu kak.

 “Baik, coba jelaskan cara bagaimana membuat kedua anak ini sengsara dan menderita selama hidup?

 “Sesudah kawanan ayam dan babi dari Bandit 12 Shio tadi mampus semua, kini di dunia ini tiada seorang lagi yang mengetahui bahwa Jian Feng dan si budak hina itu mempunyai anak kembar, bukan?

Seketika Yao Yue belum dapat meraba jalan pikiran adiknya itu, ia hanya mengangguk dan membenarkan. 

Nah, dengan sendirinya kedua bayi ini juga tidak tahu apa-apa, bukan?

Hm, tidak perlu bicara bertele-tele,” jengek Yao Yue. \

Tapi masih ada seorang Yan Nan Thian yang mengaku sebagai Pendekar pedang nomor satu di jagat ini, dia adalah sahabat karib Jian Feng, ia sudah berjanji akan menjemput Jian Feng di jalan ini, kalau tidak, tentu Jian Feng takkan mengambil jalan sepi ini ....

 “Tampaknya luas juga sumber beritamu!” 

Tapi yang penting kedatangan Yan Nan Thian ke sini ternyata terlambat.

 “Memangnya bagaimana kalau dia terlambat?” jengek Yao Yue. 

Jika begitu, akhirnya dia kan pasti akan datang ke sini, bukan?

Yao Yue menjadi gusar, teriaknya, “Mengapa bicaramu selalu putar kayun dan bertele-tele, kau kenal watakku tidak?

 “Sabar sejenak, kak,” ujar Lian Xing dengan tersenyum. “Sekarang kalau kita membawa pergi salah satu anak kembar ini dan tinggalkan satu di sini, bila Yan Nan Thian datang, tentu dia akan membawa pergi anak yang kita tinggalkan ini dan merawat serta membesarkannya, malahan bukan mustahil akan mengajarkan anak itu dengan segenap ilmu kungfunya demi untuk menuntut balas sakit hati atas kematian ayah-bunda anak itu, betul tidak?

 “Ehm, anggap saja betul,” dengus Yao Yue. 

Nah, kalau kita meninggalkan suatu bekas pukulan di tubuh Jian Feng, tentu mereka akan kenal bahwa apa yang terjadi ini adalah perbuatan dua putri dari Yi Hua dan kelak setelah anak itu dewasa, pasti juga kita yang akan menjadi sasarannya untuk menuntut balas, bukan?

 “Ya, betul juga,” jawab Yao Yue. Sorot matanya gemerlap, tampaknya hatinya mulai goyang. 

Sementara itu anak yang kita bawa tentu juga sudah besar, dan sebagai ahli waris Yi Hua Gong, tentunya ia pun menguasai segenap ilmu kungfu ajaran kita. Sebagai lelaki satu-satunya di Yi Hua Gong, apabila kita kedatangan musuh, dengan sendirinya dia akan tampil ke muka untuk menghadapi segala tantangan. Sudah tentu dia takkan mengetahui bahwa musuh yang datang adalah saudara sekandungnya, bahkan saudara kembarnya, di dunia ini juga tiada orang lain yang tahu hubungan sedarah sedaging mereka dan dengan demikian ....

 “Mereka akan berubah menjadi musuh dan akan bertarung satu sama yang lain, begitu bukan maksudmu?” sela Yao Yue.

 “Tepat,” seru Lian Xing dengan tertawa. “Tatkala mana si adik bertekad membunuh kakak dan sang kakak juga berkeras ingin membinasakan si adik. Mereka adalah saudara kembar, kepintaran dan kecerdasan mereka tentu seimbang, dengan begitu cara mereka mengadu akal dan tenaga tentu akan berlangsung dengan sangat dahsyat dan entah akan berlangsung berapa lama baru dapat membinasakan pihak lawan.” 

Ehm, rasanya menarik juga peristiwa demikian,” ujar Yao Yue dengan tersenyum.

 “Tentu saja sangat menarik, bukankah jauh lebih menyenangkan daripada kita membunuh mereka sekarang?

 “Benar, kita tidak perlu urus siapa di antara mereka yang akan terbunuh, cukup bagi kita untuk memberitahukan rahasia pribadi mereka ini kepada yang hidup itu, tatkala mana, hehe, air mukanya tentu sangat lucu dan menarik sekali, akan tetapi, kalau ... kalau ada orang memberitahukan lebih dulu rahasia ini kepada mereka, maka apa yang bakal terjadi tentunya takkan menarik lagi.

 “Di dunia ini pada hakikatnya tiada orang lain lagi yang tahu persoalan ini selain engkau Kak ....

 “Dan kau !” sambung Yao Yue dengan dingin.

Aku? Ya, hanya kakak dan aku. Tapi usul ini datangnya dariku, masakah akan kukatakan kepada orang lain? Apalagi kakak kan kenal watakku, kejadian yang bakal sangat menarik masakah takkan kuikuti dengan seksama?” 

Yao Yue termenung sejenak, katanya kemudian sambil mengangguk, “Ya, benar juga. Di dunia ini mungkin hanya kau yang mempunyai jalan pikiran seaneh ini. Dengan gagasanmu ini, kukira kau pun takkan membocorkan rahasia ini kepada siapa pun.” 

Gagasan ini selain aneh juga pasti sangat berguna,” ujar Lian Xing dengan tertawa. “Yang paling lucu adalah mereka sebenarnya saudara kembar, tapi kini satu sudah terluka mukanya, kalau sudah besar kelak bentuk wajahnya pasti akan berbeda. Tatkala mana di dunia ini siapa yang menyangka bahwa kedua musuh yang tak terleraikan ini sebenarnya adalah sekandung, bahkan saudara kembar.” 

Sementara itu anak yang terluka tadi sudah berhenti menangis, agaknya bayi itu pun ketakutan dan ngeri oleh muslihat keji yang timbul dari dendam kesumat dua orang perempuan cantik ini. Kedua matanya yang kecil itu terbelalak cemas seakan-akan sudah dapat membayangkan macam-macam siksa derita yang akan dialaminya pada masa mendatang nanti.

No comments:

Post a Comment