Pendekar Binal bagian 22

“Gerombolan Bandit 12 Shio itu memang suka berbuat aneh-aneh dan menggoda untuk membikin takut korbannya lalu baru menyerangnya,” kata Shen Qing Hong.

 “Kalau kita juga kena digertak berarti kita sudah patah semangat lebih dulu.” 

“Tidak, aku tidak takut, Ketua,” seru Lei Xiao Hu sambil membusungkan dada. 

Meski di mulut menyatakan tidak takut, namun sesungguhnya jantungnya berdebar, suaranya juga rada keder.

Di malam sunyi, di tengah ladang belukar, auman anjing yang mirip orang menangis dan seperti serigala menyalak memang menggetar sukma. 

Segera Shen Qing Hong mengangkat tangan memberi hormat dan berseru lantang, “Silakan Bandit 12 Shio perlihatkan diri. Shen Qing Hong sudah datang berkunjung!”

Biarpun tubuhnya kurus kecil, tapi suaranya lantang keras menembus suara gonggongan anjing yang sahut menyahut dengan riuhnya itu. Di tengah cuaca remang-remang sekonyong-konyong meloncat keluar segulung bayangan hitam yang menyerupai seorang penunggang kuda. Waktu Shen Qing Hong mengamati lebih teliti, kiranya seekor kera besar berbulu kuning menunggang seekor anjing dengan siungnya yang menyeringai seram. Anjing itu sangat besar, yaitu anjing serigala. Kera berbulu kuning emas itu pun aneh, matanya merah memancarkan sinar yang menyeramkan. Anjing dan kera itu seakan-akan bukan makhluk di dunia ini, tapi seperti siluman yang datang dari akhirat. Dengan tegak tak gentar Shen Qing Hong mengikuti datangnya si kera menunggang anjing itu. Sesudah dekat, mendadak kera itu bersuara mencuit sambil menyodorkan sebutir buah persik. 

Shen Qing Hong mengejek, “Sungguh bagus anjing sakti menyambut tamu dan kera ajaib menyuguh buah. Tapi yang ingin kutemui adalah manusianya dari Bandit 12 Shio dan bukan kawanan binatang ini.” 

Kera bulu emas itu seperti paham ucapan manusia, “ciit”, sambil bersuara mendadak ia berjumpalitan di atas punggung anjing tunggangannya itu, tiba-tiba tangannya sudah membentang sehelai kain putih dengan tulisan, “Jika kau berani makan ini, kami  akan menemuimu” 

“Hm, kalau Bandit 12 Shio hanya kawanan tikus yang cuma pintar menakut-nakuti orang, tentu orang bermarga Shen ini takkan datang ke sini,” ejek Shen Qing Hong pula, “Apa pun juga Shen Qing Hong percaya penuh pada kalian, biarpun racun juga akan kumakan.” 

Baru saja ia hendak menerima buah persik yang disodorkan si kera tadi, tak terduga mendadak Lei Xiao Hu menyerobot maju, buah persik itu disambarnya terus dilalap habis ke dalam perut, katanya, “Makan persik gratis, kalau tidak mau kan bodoh!” 

Serentak terdengarlah seorang tertawa seram dan menanggapi, “Bagus! Pantas Biro Pengawalan Tiga Besar Yuan dapat berjalan lancar di utara dan selatan Sungai (Yangtse), buktinya di dalam perusahaannya memang tidak sedikit laki-laki berani mati ....” berbareng beberapa bayangan orang lantas muncul. 

Kalau perawakan Shen Qing Hong sudah terhitung kurus kecil, maka kini orang yang muncul paling depan ternyata jauh lebih kurus kecil daripada Ketua gabungan tiga perusahaan pengawalan itu. Jubah yang dipakai orang kerdil ini berwarna emas mengkilat, mukanya tirus, yakni tulang pipi menonjol dan janggutnya runcing, tapi kedua matanya merah membara, mulutnya lebar, waktu tertawa ujung mulutnya hampir melebar sampai di pangkal telinga. Kalau tiga bagian masih mirip manusia, maka orang ini tujuh bagian lebih menyerupai monyet. Enam-tujuh pengikutnya lagi berseragam hitam pula, hanya kelihatan mata mereka yang berkedip mirip mata setan. 

“Yang datang ini apakah ....” 

Belum sempat Shen Qing Hong menegur, si kerdil berjubah emas itu sudah memotong, “Dari bentuk kami, sekali pandang saja tentu kau tahu melambangkan apa kami ini, jadi tidak perlu kujelaskan lagi bukan?” 

“Ya, cuma aku yang rendah heran mengapa di antara kalian tiada terdapat Hek Bian Kun dan Su Sin Khek?” ujar Shen Qing Hong.

“O, kedua kawan kami itu sedang melakukan jual-beli yang lain, memangnya kau anggap tidak cukup kehadiran kami ini?” 

“Soalnya aku Shen Qing Hong sudah sengaja datang dan tidak berpikir untuk pulang dengan hidup, maka kuharap bisa melihat wajah asli dari keduabelas lambang binatang yang termasyhur ini. Kalau sekarang jumlah yang hadir ternyata kurang lengkap, betapa pun aku agak menyesal.” 

“Hehe, kutahu nyalimu tidak kecil, tak tahunya mulutmu juga cukup tajam,” ujar si kera dengan menyeringai.

“Yang harus disayangkan adalah kedudukanmu sebagai Ketua yang kau capai dengan susah payah ini, jika kau harus mati begitu saja apakah kau tidak penasaran?”

No comments:

Post a Comment