Pendekar Binal bagian 32

Empat Pendeta Kunlun dan tiga Pendekar dari Sichuan  sama terkejut, tanya mereka berbareng, “Jadi Pendekar Yan sengaja hendak pergi ke Lembah Iblis?” 

“Ya,” jawab Yan Nan Tian dengan tertawa. “Tapi kepergianku ke sana bukanlah untuk menghindari pencarian musuh atau mengasingkan diri melainkan justru hendak mencari musuh yang sembunyi di sana.” 

“Namun ... namun Lembah Iblis adalah ....” 

Belum habis Cang Yi Zi bicara, dengan suara bengis Yan Nan Tian memotong, “Biarpun Lembah Iblis itu adalah sarang naga juga akan kumasuki!” 

“Keperwiraan dan keluhuran budi Pendekar Yan sudah cukup kami kenal,” ujar Cang Yi Zi. “Cuma ... cuma Lembah Iblis adalah tempat berkumpulnya kaum penjahat, mungkin dalam sejarah belum pernah ada tempat yang dihuni oleh penjahat sebanyak itu, bahkan juga belum pernah terjadi seorang berani menjejakkan kakinya disana. Maka sebaiknya Pendekar Yan  mempertimbangkan  kembali.”

Sinar mata Yan Nan Tian menyala bagai obor dan memandang jauh ke lembah yang diselimuti kabut tebal itu, katanya dengan suara mantap, “Seorang lelaki sejati, asalkan dapat berbuat beberapa hal yang tak berani dilakukan orang lain, meski mati juga takkan menyesal.” 

Keempat Pendeta Kunlun saling pandang sekejap dengan rasa malu diri. 

Yang Ping berkata pula, “Tapi setahu hamba, selama dua puluh tahun ini, di antara kesepuluh gembong iblis yang paling jahat di dunia Kangouw, sedikitnya ada empat orang yang telah memasuki Lembah Iblis itu.” 

“Mungkin lebih daripada empat orang,” ujar Hai Chang Po. “Yang jelas sudah berada di sana adalah Si Tangan Berdarah Du Sha, lalu Si Di Balik Tertawa Tersembunyi Sembilu Ha Ha’er, ‘Si Bukan Lelaki Bukan Perempuan  Do Qiao Qiao serta Si Tidak Makan Kepala Manusia Li Da Zui....”

 “Li Da Zui?” Yan Nan Tian menegas. “Apakah si iblis yang terkenal gemar makan manusia itu?”

“Ya,” jawab Hai Chang Po. “Orang menjulukinya "tidak memakan kepala manusia" untuk menggambarkan bahwa yang dimakan kecuali kepala manusia, malah semuanya dimakan olehnya. Dia malah bergelak tertawa mendengar nama julukan itu, dia bilang sebenarnya kepala manusia juga dimakan olehnya.” 

“Makhluk sejahat itu, mana boleh dibiarkan hidup terus,” kata Yan Nan Tian dengan gusar.

 “Konon Li Da Zui ini rada memiliki sifat ksatria, baik ilmu silatnya maupun ilmu sastranya boleh dikatakan cukup lumayan, selain gemar makan manusia, urusan lain-lain terhitung baik.”

 “Hm, masakah makan manusia saja belum cukup jahat?” teriak Yan Nan Tian dengan gusar. 

“Sungguh pun begitu, tapi Ketua Perserikatan San Xiang Wu Lin di daerah tiga propinsi utara, yaitu Thi Wushuang, Pendekar Thi, entah sebab apa ternyata menaruh simpati padanya,” tutur Hai Cang Po, “dengan tulus hati Pendekar Thi ingin menarik Li Da Zui ke jalan yang baik, untuk itu beliau rela menjodohkan putri tunggal kesayangannya kepada orang bermarga Li itu, maksudnya agar putrinya dapat mengawasi tindak-tanduk Li Da Zuidemi memperbaiki perbuatannya yang jahat itu.”

“Tapi dasar jahat ya tetap jahat, betapa pun anjing tetap makan bangkai,” tutur Hai Chang Po. 

“Belum ada tiga tahun dinikahkan, kegemaran Li Da Zui sudah timbul kembali, pengantin perempuan telah disembelihnya dan dimakan mentah-mentah olehnya.” 

“Sungguh bangsat keparat!” teriak Yan Nan Tian saking murka. 

“Karena itu juga Pendekar Thi menjadi gusar, bersama belasan anak muridnya ia bersumpah akan mencabut nyawa Li Da Zui. Namun orang bermarga Li itu cukup cerdik, sebelumnya dia sudah kabur masuk ke Lembah Iblis.” 

Dengan menyesal Yang Ping lantas menyambung, “Sudah tentu Pendekar Thi sangat menyesalkan keputusannya yang salah memungut menantu Li Da Zui, tapi ia pun tidak tega menyiarkan kematian putrinya yang mengerikan itu, dia hanya memberi keterangan bahwa putrinya meninggal karena sakit keras. Kalau saja hubungan kami dengan Pendekar Thi tidak cukup erat, mungkin urusan ini takkan diketahui sejelas ini oleh orang lain.” 

“Pantas orang Kangouw tidak banyak yang mengetahui kejadian ini,” kata Yan Nan Tian dengan geregetan.” Tapi ... Thi Wushiang terhitung juga ksatria yang tak gentar terhadap siapa pun juga, kenapa dia tinggal diam saja menyaksikan bangsat itu hidup bebas tenteram di Lembah Iblis?” 

“Pendekar Thi memang bermaksud memburunya ke Lembah Iblis, namun muridnya mencegahnya, Nyonya Thi juga berlutut dan mohon sang suami agar jangan pergi ke sarang penjahat itu, mau-tak-mau Pendekar Thi menjadi ragu untuk bertindak.” 

“Baru kehilangan putri kesayangan, pantas kalau Nyonya Thi tidak mau membiarkan sang suami menyerempet bahaya pula,” kata Yan Nan Tian sambil menghela napas. “Ai, seorang lelaki sejati tidak perlu harus beristri, rasanya tindakan demikian juga bukan sesuatu yang bodoh.”

 “Kecuali keempat iblis tadi,” sambung Hai Chang Po, “kabarnya Yin Jiu Yaou, itu iblis yang membanggakan Ginkangnya (ilmu peringan tubuh) tiada bandingannya di dunia ini serta suka meracun orang secara diam-diam, katanya juga kabur ke Lembah Iblis.” 

“O, jadi ‘Si Setengah Manusia Setengah Setan, Yin Jiu Yaou juga berada di sana?” Yan Nan Tian menegas dengan waswas. 

“Konon dia berhasil membunuh murid Shaolin, yaitu Li Da Yuan, tapi kabarnya dia juga sudah dibunuh pula oleh para tertua Shaolin.” 

“Ya, di dunia Kangouw memang tersiar berita demikian,” ujar Hai Chang Po, “tapi menurut sumber yang mengetahui kejadian di balik layar, katanya para tertua partai Shaolin memang sudah berhasil membekuk dan mengurung iblis ‘setengah manusia setengah setan’ itu, namun akhirnya dia berhasil lolos pula. Karena kejadian ini menyangkut kehormatan Shaolin, maka murid-murid Shaolin sama sekali tidak ada yang mau bercerita.” 

“Itulah kelemahan manusia umumnya yang suka menjaga muka,” ujar Yan Nan Tian dengan menyesal. “Sebabnya Shaolin yang terkenal itu makin hari makin merosot, soalnya karena setiap murid Shaolin terlalu suka menjaga muka.” 

“Ya, memang bukanlah pekerjaan mudah untuk tetap mempertahankan wibawa dan nama baik sesuatu aliran agar tidak merosot,” kata Cang Yi Zi. Sudah tentu ucapannya ini timbul karena ada sebabnya. Bukankah Perguruan Kunlun  pun kian hari kian lemah? 

No comments:

Post a Comment