Pendekar Binal bagian 37

“Namun sebelum ajal, Pendekar Yan masih sanggup tertawa, hal ini hampir  mirip dengan aku si Ha Ha Er ini,” seru Ha Ha Er dengan mengakak. 

“Dan kawan yang ini adalah ‘Put-sip-jinthau’ Li Da Zui, apakah Pendekar Yan pernah kenal atau mendengar namanya?” 

Suara seorang yang lantang segera menanggapi lebih dulu, “Sudah lama kudengar Pendekar Yan memiliki otot kawat tulang besi, kukira dagingnya pasti sama enak dengan dendeng sapi, nanti harus kukunyah dan kutelan dengan pelan-pelan agar dapat menikmati rasanya yang sejati.” 

“Haha, dasar, setiap membuka mulut Li Da Zui tidak pernah lupa pada kegemarannya,” kata Ha Ha Er. 

“Kuperkenalkan Pendekar Yan padamu, sepantasnya kau bicara secara ramah-tamah, mengapa sekali pentang mulut lantas menyatakan ingin makan dagingnya?”

 “Kukatakan daging Pendekar Yan pasti lezat, ini kan juga ucapan sanjung pujiku. Kalian yang hanya suka makan daging babi mana tahu artinya?” ujar Li Da Zui dengan tertawa. 

“Bicara makanan, babi adalah binatang kotor dan busuk, memang tidak sebersih daging manusia,” kata Ha Ha Er dengan tertawa. 

“Aku menjadi tertarik pada ajakanmu dan ingin mencicipi daging Pendekar Yan ini bagaimana rasanya. Haha, tapi kukuatir daging Pendekar Yan ini terlalu kasar, jangan-jangan nanti ... Hahaha ....”

 “Kamu bukan ahli makan, maka tidak paham,” sela Li Da Zui. “Daging yang seratnya kasar ada rasa kasar tersendiri, daging halus juga ada rasa halus tersendiri pula. Daging Hwesio (biksu) ada rasa daging Hwesio, daging Nikoh (biksuni) juga ada rasa daging Nikoh, satu dan lain tidak sama, masing-masing mempunyai citra rasa sendiri-sendiri.” 

“Apakah daging biksu juga pernah kau makan?” tiba-tiba sebuah suara genit bertanya.

 “Hah, tidak cuma pernah, bahkan sering,” sahut Li Da Zui. “Yang paling terkenal adalah Tiejan Hwesio dari Wutai Shan, hampir tiga hari suntuk kumakan dia .... Daging orang terkenal rasanya memang lebih lezat dan sedap.” 

“Sudah berapa orang yang kau makan seluruhnya?” tanya suara merdu tadi dengan tertawa genit. 

“Wah, sukar dihitung,” jawab Li Da Zui.

 “Daging siapa yang paling lezat?” tanya pula suara genit itu. 

“Kalau bicara halusnya dan lezatnya harus diakui daging istrku dahulu itu,” tutur Li Da Zui. 

“Dagingnya yang putih halus itu, wah, kalau terkenang sekarang sungguh air liurku bisa menetes.” 

“Haha, sudahlah, sudahlah, jangan bicara tentang daging manusia lagi,” seru Ha Ha Er. 

“Coba lihat, betapa gusarnya Pendekar Yan ....” 

“Benar, kita jangan membuat marah Pendekar Yan lagi, orang marah dagingnya akan kecut, ini adalah hasil penelitianku selama ini, kalian perlu tahu,” ujar Li Da Zui.

 Lalu Ha Ha Er menuding lagi kawannya yang lain dan memperkenalkannya pada Pendekar Yan, “Dan yang ini adalah ‘Bukan lelaki bukan perempuan’ Do Xiao Xiao ....” 

“Kan tadi aku yang membawakan arak dan santapan bagi Pendekar Yan,” sela suara genit tadi.

 “Jadi Pendekar Yan sudah kenal diriku, tidak perlu lagi kau perkenalkan.” 

Terkesiap juga hati Yan nan Tian, pikirnya, “Jadi gadis baju hijau tadi adalah samaran ‘si bukan lelaki bukan perempuan’ (alias banci) Do Xiao Xiao. 

Padahal iblis ini sudah terkenal lebih dua puluh tahun yang lalu, namun menyamar gadis berusia enam belas-tujuh belas tahun ternyata juga begitu persis.” Tangan berdarah Du Sha, kegemaran Li Da Zui memakan daging manusia, semua ini belum membuat terkejut pendekar besar ini, tapi kepandaian menyamar Do Xiao Xiao yang dapat mengelabui siapa pun juga ini sungguh membuatnya terkesiap.

Tiba-tiba terdengar seorang berseru, “Ha Ha Er, kenapa cerewet saja sejak tadi, memangnya kamu ingin memperkenalkan segenap penghuni lembah ini padanya? Ada lebih baik lekas kau tanya dia, habis mendapatkan keterangan selekasnya mengirim dia untuk menemani aku di akhirat.” 

Suara orang itu seperti mengambang di udara dan terputus-putus, kalimat pertama kedengaran berada di sebelah kiri, kalimat berikutnya terasa di sisi kanan. Cara bicara orang biasa betapa pun anehnya tentu juga bertenaga, cara bicara orang ini ternyata tiada tenaga sama sekali, mirip orang yang sekarat dan seperti orang bersuara dari dalam peti mati. 

No comments:

Post a Comment