Pendekar Binal bagian 31

Orang itu bermaksud menangkis dengan pedang, tapi tiba-tiba pikirannya tergerak, air mukanya berubah pucat, cepat ia mendoyong ke belakang dan tak berani menangkis, sebisanya ia melompat mundur. Namun sinar pedang Yan Nan Tian seakan-akan tidak terputus-putus dan terus membayangi lawannya. Keruan nyali orang itu serasa rontok, terpaksa ia menangkis sekuatnya dengan pedang. “Trang”, kedua pedang beradu. 

Kedua batang pedang itu sebenarnya berasal dari gemblengan pande besi yang sama ahli, tapi entah mengapa pedang orang itu ternyata kena ditebas menjadi dua. 

Untuk menghindari renggutan maut, cepat orang itu menjatuhkan diri dan menggelinding ke sana. 

Tiba-tiba Yan Nan Tian bersuit panjang, laksana sinar kilat pedangnya menyambar pula. Betapa lihai serangan ini sungguh menggetar bumi dan mengguncang langit. 

Di tengah bertebarnya sinar pedang, sekonyong-konyong terdengar suara, “creng” yang nyaring memekak telinga. Nampaklah tiga Taojin jubah biru dengan sebelah kaki bertekuk-lutut di tanah, pedang mereka bersilang menangkis ke atas untuk menahan serangan pedang Yan Nan Tian yang mahalihai itu. Sedangkan orang tadi hampir saja kelengar saking kagetnya.

Dengan berdiri tegak berwibawa menekan pedangnya ke bawah, Yan Nan Tian bertanya dengan kereng, “Yang menangkis pedangku ini Si Empat Rajawali ataukah Si Tiga Elang ?”

Tujuh Pendekar Pedang Kunlun adalah tujuh pendekar pedang dari gunung Kun Lun yang terdiri dari para pendekar berjuluk Empat Rajawali dan Tiga Elang.

“Empat Rajawali!” sahut salah seorang Taojin itu. 

“Dari mana kau tahu ....” Taojin keheranan

“Di jaman ini, kecuali Tujuh Pendekar Pedang Kunlun, siapalagi yang mampu menangkis tebasan pedangku ini?” ujar Yan Nan Tian. “

Di dunia ini, selain Pendekar Yan, mungkin tiada orang lain lagi mampu membuat kami bertiga terpaksa harus menangkis suatu serangan bersama!” kata Taojin itu.

“Tapi mengapa Tujuh Pendekar Pedang Kunlun melakukan sergapan keji ini kepadaku, sungguh aku tidak mengerti?” bentak Yan Nan Tian.

 “Kami sengaja menunggu di sini, sebenarnya yang ingin kami cegat adalah seorang pelarian yang hendak memasuki ‘Lembah Iblis’,” tutur Taojin itu dengan tersenyum getir.

 “Sungguh kami tak pernah menduga bahwa Pendekar Yan juga bisa mendatangi Lembah Iblis ini.” 

“O, apakah kalian menyangka diriku ini orang yang kalian incar itu?” tanya Yan Nan Tian.

 “Ya, jika bukan begitu, masakah kami sampai mencari perkara kepada Pendekar Yan?” kata si Taojin dengan menyesal. 

Yan Nan Tian menarik kembali pedangnya, dan baru saja pedangnya diangkat, “trang”, serentak pedang ketiga Taojin itu jatuh ke tanah, tangan mereka serasa tak sanggup diangkat lagi. 

“Siapakah orang yang hendak kalian sergap itu?” tanya Yan Nan Tian. 

“Sima Yan,” jawab Kunlun Taojin. 

“Apakah Sima Yan yang berjuluk ‘Pedang Pemburai Usus) itu?” tertarik juga Yan Nan Tian oleh nama itu. 

“Benar, memang bangsat keparat itulah,” kata Kunlun Taojin dengan gemas.

 “Dari mana kalian mengetahui bangsat itu akan datang kemari?”

 “Delapan Pendekar dari Sichuan  mengejarnya sepanjang jalan hingga di sini,” tutur Kunlun Taojin.

 “Ketiga saudara inilah Yang Ping, tertua dari Delapan Pendekar dari Sichuan, Hai Cang  Po, pendekar ketiga dan Hai Jin Po, pendekar ketujuh ....” 

Nama Delapan Pendekar dari Sichuan cukup tenar juga di dunia Kangouw, ketiga orang yang diperkenalkan itu memang gagah dan berwibawa. 

Yang Ping, tertua Delapan Pendekar dari Sichuan itu lantas memberi hormat dan berkata, “Sudah cukup jauh kami memburu bangsat Suma itu, sampai di lembah sungai Hwang barulah kehilangan jejaknya. Kalau dia sempat memasuki Lembah Iblis, sungguh hamba merasa penasaran, sebab itulah kami mengundang keempat Pendeta Tao ini untuk membantu berjaga di sini.”

 “Pantas cara turun tangan kalian sangat keji,” ujar Yan Nan Tian. “Ya, terhadap kaum penjahat begitu memang perlu tindakan tegas, semakin keji semakin baik, tidak perlu kenal ampun.” 

Cang Yi Ji, Taojin yang mengepalai Empat Rajawali itu, bertanya, “Lalu... mengapa Pendekar Yan juga datang ke sini?” 

“Tempat tujuanku memang Lembah Iblis!” jawab Yan Nan Tian.

No comments:

Post a Comment